Paham/Pemikiran yang Menjadi Landasan Etika


        Berbicara masalah etika tidak lepasnya dari akhlak, tingkah laku, budi pekerti, dan tabia’t. Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, baik itu perkataan maupun perbuatan seseorang baik itu lahir maupun batin. Ada juga yang mengatakan bahwa akhlak itu adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
          Sedangkan etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Ada juga yang berpendapat bahwa etika tersebut adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang sistematis tentang tindakan moral yang betul, bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan, hujah-hujahnya dan tujuannya yang diarahkan kepada makna tindakan.
          Semua kriteria perbuatan yang baik atau buruk tertuang didalam berbagai macam landasan dalam beretika yang berkembang sampai sekarang ini. Adapun landasan yang dimaksud antara lain adalah:
1.      Paham Naturalisme
Paham Naturalisme berpendapat bahwa sistem-sistem yang ada dalam etika yang tercantum di kesusilaan mempunyai dasar yang alami, maksudnya adalah pembenaran-pembenaran hanya dapat dilakukan melaui pengkajian atas fakta dan bukan atas teori-teori yang belum jelas kebenarannya atau teori yang sangat metafisis.
Democritus adalah seorang filosof Yunani Kuno yang hidup sekitar tahun 460-370 SM. Ia adalah atomis pertama, materialis pertama dan perintis sains mekanik. Ketika ditanya, “Alam ini dibuat dari apa?” atau “Apakah yang riil itu” ia menjawab, “Alam terdiri dari dua bagian. Pertama adalah atom, bagian yang sangat kecil sekali dan tak terbatas jumlahnya, mempunyai kualitas yang sama, tetapi mengandung perbedaan yang bemacam-macang tentang besar dan bentuknya. Kedua adalah ruang kosong di mana atom-atom tersebut bergerak.
            Contoh dari paham naturalisme misalnya kita bilang seperti Iwan Fals bisa kita sebut sebagai orang yang menganut paham naturalisme. Ia menghargai begitu tinggi terhadap alam, dan beranggapan bahwa segala yang alamiah cenderung menjadi baik. Oleh karena itu, Iwan Fals menyerahkan sepenuhnya anak kesayangangannya bernama Galang Rambu Anarki untuk dididik oleh alam sekitarnya. Ia beranggapan, dirinya maupun keluarga yang lainnya, tak perlu campur tangan terhadap perkembangan si anak.

2.      Paham Hedonisme
Paham hedonisme berpendapat bahwa aliran yang baik dan buruk tersebut adalah suatu kebahagiaan karenanya suatu perbuatan dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan. Maksudnya disini adalah kebahagian dalam hal mencari kelezatan, kenikmatan, dan juga mencari kepuasan yang tidak ada penderitaan.
Di dalam agama islam, paham hedonisme tidak dibenarkan karena Paham Hedonisme adalah hasil karya berfikir dari orang non muslim, dengan tokoh utamanya adalah Ariptippos dan Epikuros. Yang kedunya adalah filosof pada zamannya sebelum Risalah Islam diturunkan. Oleh karena itu hedonisme merupakan tsaqofah selain Islam.
Bisa kita beri contoh paham hedonisme misalnya seperti melakukan Aborsi terhadap kandungan, melakukan aborsi selain melanggar etika juga juga melanggar moral karena telah membunuh satu nyawa yang berhak hidup.

3.      Paham Vitalisme
Perbuatan baik menurut aliran ini adalah orang yang kuat, dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya. Agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah. Manusia hendaknya mempunyai daya hidup atau vitalita untuk menguasai dunia dan keselamatan manusia tergantung daya hidupnya. Tokoh yang dikenal dalam aliran vitalisme adalah F. Niettsche yang banyak memberikan pengaruh terhadap Adolf Hitler.
Contoh dari paham ini seperti  Indonesia merupakan satu persatuan atau kebulatan nyang memiliki heterogenitas, yaitu berbagai macam perbedaan, terdiri dari berbagi macam suku, ras,agama, kebudayaan, bahasa daerah, kondisi geografis,dll. Maka dari ini rakyat harus beradaptasi dengan keadaan secara rutin dan beradaptasi dengan sepenuh kekuatan yang ada pada orang tersebut.
4.      Paham Utilitarisme
Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk hasilnya tidak bermanfaat. Manfaat disini adalah kebahagiaan untuk sebanyak-banyak manusia dari segi jumlah atau nilai. Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua mahkluk yang memiliki perasaan. Kelezatan menurut paham ini bukan kelezatan yang melakukan perbuatan itu saja tetapi kelezatan semua orang yang ada hubungannya dengan perbuatan itu.
Paham ini dikembangkan oleh Jeremy Betham dan muridnya, Jhon Stuart Mill. Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar, karena Kebahagiaan tersebut menjadi landasan moral utama kaum utilitarianisme. Contoh misalnya di satu sekolah ada penjual jajanan anak-anak yang menjual agar-agar dan gulali (harum manis) dan ternyata pewarna yang digunakan adalah pewarna pakaian dengan merek KODOK bukan pewarna pasta makanan. Secara etis hal ini sangat tidaklah beretika, karena akan merugikan orang lain namun dalam konsep utilitarinisme hal ini akan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit bagi penjualnya karena dia mampu menggantikan pewarna yang mahal dengan pewarna yang murah.

5.      Paham Idealisme
Aliran Idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) seorang berkebangsaan Jerman. Pokok-pokok pandangan etika idealisme dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.  Wujud yang paling dalam arti kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan oleh orang lain melainkan timbul dari dirinya sendiri dan rasa kewajiban.
b. Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan tindakan konkret dan menjadi pokok di sini adalah “kemauan baik”.
c. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang menyempurnakannya yaitu “rasa kewajiban”.
Menurut aliran ini “kemauan” merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Kemauan perlu disempurnaka dengan perasaan kewajiban agar terwujud tindakan yang baik. Contoh sederhana, dalam sebuah pekerjaan, ketika kita tidak menyukai pekerjaan itu dan akhirnya memilih mundur karena tidak sesuai dengan idealisme kita, pengertian idealisme di sini bisa jadi, pekerjaannya tidak sesuai aturan yang ada, atau tidak sesuai kehendak atau minat hati.

6.      Paham Etika Teleologi
Aliran ini menyatakan bahwa baik dan buruknya perbuatan sekarang tergantung dari ketaantan terhadap ajaran Tuhan lewat kitab sucinya. Hanya saja aliran ini tidak menyebutkan dengan jelas Tuhan dan Kitab sucinya. Atau  etika yang mengukur benar/salahnya tindakan manusia dari menunjang tidaknya tindakan tersebut ke arah pencapaian tujuan (telos) akhir yang ditetapkan sebagai tujuan hidup manusia. Yang mengembangkan teori ini adalah Aristoteles.
Contoh misalnya  Setiap agama mempunyai Tuhan dan kepercayaan yang berbeda-beda dan karena itu aturan yang ada di setiap agama pun perbeda-beda.






Labels: ESSAY

Thanks for reading Paham/Pemikiran yang Menjadi Landasan Etika. Please share...!

0 Comment for "Paham/Pemikiran yang Menjadi Landasan Etika"

Back To Top