PENDEKATAN
FILOSOFIS DALAM KAJIAN ISLAM
DISUSUN
OLEH:
PUTRI MARZANIAR (160802053)
RIKA(160802044)
BENY HERNANDA (160802050)
MUHAMMADIN (160802054)
DOSEN PEMBIMBING
Dr.
INAYATILLAH, S.Ag., M.Ag.
UIN AR-RANIRY DARUSALLAM BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa. Hanya berkat
rahmat, taufiq dan hidayah-NYA, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
lancar, baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa tersanjungkan
kepangkuan Rasululloh Saw. beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan para
pengikutnya yang telah membawa kita dari jalan yang gelap gulita ke jalan yang
terang benderang ke jalan agama islam.
Penulisan
makalah ini guna melengkapi / memenuhi salah satu tugas mata kuliah “METODOLOGI
STUDI ISLAM”. Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul “Pendekatan
Filosofis dalam Kajian Islam” penulis dengan ikhlas menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantunya baik langsung maupun tidak langsung
khususnya kepada dosen pembimbing Mata Kuliah“METODOLOGI STUDI ISLAM”, Ibu. Dr.
Inayatillah, S.Ag., M.Ag.
Sebagai
manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan, demi perbaikan makalah ini selalu
di harapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga makalah ini bermafaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhirul kalam semoga
segala usaha kita dalam peningkatan mutu pendidikan mendapat ridho dari Allah
SWT amin.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................... ii
BAB.
I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar
Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan..................................................................................................... 1
BAB.
II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. Pengertian
Pendekatan Filosofis............................................................................. 2
B. Pendekatan
Filosofis Dalam Kajian Islam.............................................................. 3
BAB.
III PENUTUP.............................................................................................................. 8
A. Kesimpulan................................................................................................................ 8
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi
hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.
Seiring perubahan waktu dan perkembangan zaman , agama semakin dituntut agar
ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia.
agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar
di sampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara
yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Melihat kenyataan semacam ini, maka diperlukan rekonstruksi pemikiran
keagamaan, khususnya berkaitan dengan berbagai pendekata-pendekatan. Islam
bagaikan sebuah bola yang mengapung di atas air, permukaannya yang menyentuh
air hanya sepersepuluh, kita tidak bisa mengetahui bola itu secara utuh hanya
dari sepersepuluh yang mengapung di atas air tersebut. Begitu pula dengan
Islam, Islam bukan monodimensi tapi multidimensi, jika ingin memahaminya secara
menyeluruh walau kelak tidak akan pernah mencapai finalitas keimanan kita,
tetapi usaha untuk memahaminya itu lebih penting, kita perlu memahami Islam
melalui berbagai dimensi dan dengan berbagai pendekatan. Salah satunya dengan
pendekatan filosofis. Menggunakan filsafat dalam mengkaji Islam ibarat
menjadikan filsafat sebagai pisau analisis untuk membedah Islam secara
mendalam, integral dan komprehensif untuk melahirkan pemahaman dan pemikiran
tentang Islam.
B.
Rumusan Masalah
Mengacu pada kerangka
pemasalahan di atas, maka penulis dalam makalah ini mencoba menjelaskan tentang:
A. Bagaimana yang dimaksud dengan pendekatan filosofis ?
B. Bagaimana pendekatan filsafat dalam kajian islam?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan dalam makalah ini adalah:
A.
Agar mahasiswa mengetahui tentang
pendekatan filosofis.
B.
Agar mahasiswa mengetahui tentang
pendekatan filsafat kontemporer dalm kajian islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendekatan Filosofis
Pendekatan dari sudut terminologi adalah cara pandang atau
paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama. Dari keterangan di atas, dapat kita pahami bahwa
pendekatan terhadap objek pengkajian perlu dimasyarakatkan guna mendapatkan
keterangan ilmiah seiring dengan tuntunan zaman. Maka salah satu untuk mengkaji
studi islam adalah dengan melalui pendekatan-pendekatan. Adapun yang dimaksud
pendekatan disini adalah cara pandang atau pradigma yang terdapat dalam suatu
bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Filsafat sebagai salah satu bentuk metodologi pendekatan keilmuan, sama
halnya dengan cabang keilmuan yang lain.
Filsafat pada dasarnya adalah pertanyaan atas segala hal yang “ada”.
Pertanyaan akan muncul tentu dengan berpikir, berpikir pasti menggunakan akal.
Dan filsafat juga bisa dikatakan sebagai upaya menjelaskan inti, hakikat atau
hikmah mengenai segala sesuatu yang ada dengan memanfaatkan atau memberdayakan
secara penuh akal budi manusia yang telah dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha
Esa.
Berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam
memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran
agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Pendekatan filosofis yang
demikian sebenarnya sudah banyak digunakan oleh para ahli. Misalnya dalam buku
berjudul Hikmah Al-Tasyri’ wa Falsafatuhu yang ditulis oleh Muhammad Al-Jurjawi,
di dalam buku tersebut ia berusaha mengungkapkan hikmah yang terdapat di balik
ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran agama dalam mengajarkan agar shalat
berjamaah. Tujuannya antara lain agar seseorang merasakan hikmahnya hidup
secara berdampingan dengan orang lain. Dengan mengerjakan puasa misalnya agar
seseorang dapat merasakan lapar dan menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang
hidup serba kekurangan, dan berbagai contoh lainnya.[1]
Filsafat sebagai pendekatan keilmuan setidaknya ditandai antara lain
dengan tiga ciri, diantaranya:
1. Kajian, telaah dan penelitian filsafat selalu terarah kepada
pencarian atau perumusan ide-ide dasar atau gagasan yang bersifat
mendasar-fundamental (fundamental ideas) terhadap objek persoalan yang dikaji.
Ide atau pemikiran fundamental biasanya diterjemahkan dengan istilah teknis
kefilsafatan sebagai “al-falsafatu al-ula”, substansi, hakekat atau esensi.
Pemikiran fundamental biasanya bersifat umum (general), mendasar dan abstrak.
2. Pengenalan, pendalaman persoalan-persoalan dan isu-isu fundamental
dapat membentuk cara berpikir kritis (critical thought).
3. Kajian dan pendekatan falsafati yang bersifat seperti dua hal
diatas, akan dapat membentuk mentalitas, cara berpikir dan kepribadian yang
mengutamakan kebebasan intelektual (intellectual freedom), sekaligus mempunyai
sikap toleran terhadap berbagai pandangan dan kepercayaan yang berbeda serta
terbebas dari dogmatisme dan fanatisme.
Mengkaji Islam secara filosofis, akan menjadikan segala sesuatu
disandarkan kepada konteks baik itu berupa kebaikan sosial, local wisdom,
social impact, rasionalitas dan lain-lain (تكيف).
Ia juga akan bersandar pada analisa rasio manusia, yang akan bersifat relatif.
Kegiatan berfilsafat menurut Louis O. Kattsoff adalah kegiatan berpikir secara:
· Mendalam: dilakukan sedemikian rupa hingga dicari sampai ke batas
akal tidak sanggup lagi.
· Radikal: sampai ke akar-akar nya sehingga tidak ada lagi yang
tersisa.
· Sistematik: dilakukan secara teratur dengan menggunakan metode
berpikir tertentu.
· Universal: tidak dibatasi hanya pada satu kepentingan kelompok
tertentu, tetapi menyeluruh.[2]
Filsafat untuk mengetahui berbagai hakikat dari segala sesuatu,
begitu pula ketika ia dipakai dalam mengkaji Islam, tidak selalu mencapai hasil
yang maksimal, yang terpenting adalah upaya (memanfaatkan hasil usaha), yang
akan membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi atau kemajuan. Manfaat
yang bisa didapat ketika seseorang menggunakan pendekatan filosofis dalam
kajian nya adalah Agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat
dimengerti dan dipahami secara seksama.
B.
Pendekatan filosofis
dalam kajian islam.
Agama islam memberikan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap akal,
tidak sedikit ayat-ayat al Quran yang mengajurkan dan mendorong supaya manusia banyak
berpikir dan menggunakan akalnya. Semuanya bentuk ayat-ayat tersebut mengandung anjuran, dorongan bahkan
memerintahkan kepada pemeluknya untuk berfilsafat.
Manusia adalah makhluk berfikir, yang dalam segala aktifitas kehidupannya
selaluu berujung kepada mencari kebenaran tentang sesuatu. Misalnya dalam
mencari jawaban tentang hidup, berarti dia mencari kebenaran tentang hidup.
Jadi dengan demikian manusia adalah makhluk pencari kebenaran, dalam proses
mencari kebenaran ini manusia menggunakan tiga instrumen, yaitu dengan agama,
filsafat dan dengan ilmu pengetahuan. Antara ketiganya mempunyai titik
persamaan, dan titik singgung.
Sikap keberagamaan mewajibkan pengikutnya untuk memahami dua hal yaitu
aspek normatif (wahyu) dan aspek historis ( bagaimana wahyu tersebut hadir)
JIKA INGIN keagamaan yang sempurna. pemahaman sepihak tidak memungkinkan karena
akan menjadikan keberagamaan bersifat ekstrem. aspek normatif mengharuskan dan
terkait erat dengan historisitas, karena kehadirannya berhubungan dengan waktu,
tempat dan sasaran yang semua itu berdemensi sejarah. sementara aspek historis
tidak mungkin meninggalkan wahyo terutama ketika berkaitan dengan perilaku
keagamaan pemeluknya.maka salah satu unsur pokok yang berfungsi sebagai
penghubung di antara keduanya daalah pendekatan filosofis dalam pemahaman dan
studi keagamaan.[3]
Membawa pendekatan filosofis dalam tataran aplikasi kita tidak bisa lepas
dari pengertian pendekatan filosofis yang bersifat mendalam, radikal,
sistematik dan universal. Karena sumber pengetahuan pendekatan filosofis rasio,
maka untuk melakukan kajian dengan pendekatan ini akal mempunyai peranan yang
sangat signifikan.
Kata takdir (taqdir) terambil dari kata qaddara berasal dari akar kata
qadara yang berbarti mengukur, memberi, kadar atau ukuran. Jika dikatakan bahwa
Allah telah menakdirkan sesuatu, harus dipahami dalam makna Allah telah
menetapkan ukuran, kadar, batas tertentu terhadap sesuatu itu. Takdir dapat
juga diterjemahkan sebagai sistem hukum ketetapan Tuhan untuk alam raya atau
singkatnya disebut sebagai hukum alam. Sebagai “hukum alam” maka tidak ada satupun
gejala alam yang terlepas dari Dia, termasuk amal perbuatan manusia. pengertian ini dapat dilihat pada firman Allah yang
artinya, Dan Dia diciptakan segala sesutau, maka dibuat hukum kepastiannya
sepasti-pastinya. Kesan yang sama juga dapat diperhatikan pada ayat-ayat
berikut ini:
Artinya: Dan matahari beredar pada tempat peredarannya . demikianlah takdir
(taqdir) yang telah ditentukan Allah SWT Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.(QS.yasiin:38).
Takdir ilahi pada hakikatnya adalah hukum Ilahi yang berlaku pada
seluruh alam semesta. bisa disimpulkan bahwa takdir pada manusia bermakna kebebasan moral, suatu
kualitas atau sikap pribadi yang tidak bergantung pada dan ditentukan di luar
dirinya. Dengan penjelasan di atas, jelaslah bahwa takdir itu bermakna
ketentuan, ketetapan, batasan, dan ukuran. Pada alam, ukuran dan ketetapan
tersebut bersifat pasti sedangkan pada manusia bermakna hukum-hukum Tuhan yang
universal.[4]
Djohan Effendi membedakan takdir menjadi dua yaitu takdir Ilahi berkenaan
dengan alam (non manusia) dan takdir yang berlaku pada manusia. Takdir Ilahi
yang berlaku pada alam, bersifat pasti dan berbentuk pemaksaan, sedangkan pada
manusia tidak demikian. Di dalam Al-Qur'an, kata-kata takdir yang digunakan
mengacu pada benda-benda alam (non manusia) yang bermakna kadar, ukuran dan
batasan. Matahari beredar pada porosnya, ini adalah ukuran atau kadar untuk
matahari sehingga ia tidak dapat keluar dari ukuran tersebut. Api telah
ditetapkan ukurannya untuk membakar benda-benda yang kering, inilah batasan
atau takdir bagi api. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah dan tidak bisa sebaliknya. Inilah ukuran dan batasan pada air.
Sedangkan yang berkenaan dengan manusia, takdir bukanlah belenggu wajib
yang menentukan untung atau malangnya seseorang, membedakan manusia sebagai
orang baik atau orang jahat dalam pengertian moral dan agama, melainkan lebih
pada hukum atau tata aturan Ilahi yang mengikat dan mengatur kehidupan manusia,
jasmani dan rohani, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk
sosial. Sebagai contoh, tidak ada manusia di muka bumi ini yang telah
ditetapkan Tuhan menjadi jahat atau baik, sehingga ia tinggal menjalaninya saja
tak ubahnya seperti robot. Kalaupun pada akhirnya ia menjadi jahat atau baik,
itu merupakan keputusan yang diambilnya sendiri, dan penyebabnya adalah hal-hal
yang terdapat di dalam dirinya dan bukan di luar dirinya.
Jamali Sahrodi menyebutkan ada tiga jenis pendekatan filsafat modern yang
digunakan dalam kajian studi Islam yaitu : Pendekatan Hermeneutika, Pendekatan
Teologi-Filosofis, dan Pendekatan Tafsir Falsafi.
1. Pendekatan Hermeneutik
Hermeneutika dapat didefinisikan sebagai tiga hal :
(1). Mengungkapkan pikiran seseorang dalam kata-kata, menerjemahkan dan bertindak
sebagai penafsir. (2). Usaha mengalihkan dari suatubahasa asing yang maknanya
gelap tidak diketahui ke dalam bahasa lain yang bisa dimengerti oleh si
pembaca, dan (3). Pemindahan ungkapan pikiran yang kurang jelas, diubah menjadi
bentuk ungkapan yang lebih jelas.
Fungsi hermeneutika adalah untuk mengetahui makna
dalam kata, kalimat dan teks. Hermeneutika juga berfungsi menemukan instruksi
dari simbol. Salah satu kajian penting hermeneutik adalah bagaimana merumuskan
relasi yang pas antara nash (text), penulis atau pengarang (author), dan
pembaca (reader) dalam dinamika pergumulan penafsiran/pemikiran nash termasuk
dalam nash-nash keagamaan dalam Islam. Istilah hermeneutika dalam hal ini
dimaksudkan sebagai kegiatan memahami kitab-kitab suci yang dilakukan para
agamawan.
2. Pendekatan Teologis-Filosofis
Kajian keislaman dengan menggunakan pendekatan
teologi-filosofis bermula dari kemunculan pemahaman rasional di kalangan
mutakallimin (ahli kalam) di kalangan umat islam, yakni Mazhab Mu’tazilah.
Kemunculan gerakan mu’tazila merupakan tahap yang teramat penting dalam sejarah
perkembangan intelektual Mu’tazilah menyodorkan konsep – konsep teologi (ilmu
kalam) dengan berbasiskan metodologi dan epistemologi. Kehadiran mazhab teologi
rasional ini berupaya memberikan jawaban-jawaban dengan pendekatan filosofis
atas doktrin-doktrin pokok Tauhid yang pada saat itu tengah menjadi
materi-materi perdebatan dalam blantika pemikiran Islam.
3. Pendekatan Tafsir Falsafi
Al-Dzahabi, sebagaimana dikutip Jamali Sahrodi,
menjelaskan bahwa tafsir falsafi adalah penafsiran ayat-ayat al- Qur`an
berdasarkan pendekatan-pendekatan filosofis, baik yang berusaha untuk
mengadakan sintesis dan sinkretisasi antara teori-teori filsafat dengan
ayat-ayat al- Qur`an maupun yang berusaha menolak teori-teori filsafat yang
dianggap bertentangan dengan ayat-ayat al- Qur`an. Timbulnya tafsir jenis ini
tidak terlepas dari perkenalan umat Islam dengan filsafat Hellenisme yang
kemudian merangsang mereka untuk menggelutinya kemudian menjadikannya sebagai alat
untuk menganalisis ajaran-ajaran Islam, khususnya al- Qur`an.Tafsir filsafi
juga diartikan sebagai suatu tafsir yang bercorak filsafat.
Selain tiga model pendekatan filsafat dalam kajian Islam yang telah disebut
di atas, Tasawuf Falsafi juga bisa disebut sebagai disiplin kajian
berpendekatan filsafat. Tasawuf falsafi, atau biasa juga disebut tasawuf
nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antar visi misi dan
visi rasional sebagai pengasasannya. Tasawuf falsafi menggunakan terminologi
filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi filosofis tersebut berasal dari
bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan
dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari
ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Filsafat sebagai pendekatan keilmuan setidaknya ditandai antara
lain dengan tiga ciri, diantaranya: Kajian, Pengenalan, Kajian dan pendekatan
falsafati. Membawa pendekatan filosofis dalam
tataran aplikasi kita tidak bisa lepas dari pengertian pendekatan filosofis
yang bersifat mendalam, radikal, sistematik dan universal. Karena sumber
pengetahuan pendekatan filosofis rasio, maka untuk melakukan kajian dengan
pendekatan ini akal mempunyai peranan yang sangat signifikan.
·
Terdapat tiga jenis pendekatan filsafat modern yang
digunakan dalam kajian studi Islam yaitu: Pendekatan Hermeneutika, Pendekatan
Teologi-Filosofis, dan Pendekatan Tafsir Falsafi. Selain tiga model pendekatan
filsafat dalam kajian Islam yang telah disebut di atas, Tasawuf Falsafi juga
bisa disebut sebagai disiplin kajian berpendekatan filsafat. Tasawuf falsafi,
atau biasa juga disebut tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang
ajaran-ajarannya memadukan antar visi misi dan visi rasional sebagai
pengasasannya. Tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya. Terminologi filosofis tersebut berasal dari bermacam-macam
ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
M. Amin. 2000. Antologi Studi Islam: Teori & Metodologiii.
Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. Nata, abudin.
2010. Metodologi Studi islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Sholikhin,
Muhammad. 2008. Filsafat Dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta:Narasi.
Labels:
MAKALAH
Thanks for reading MAKALAH PENDEKATAN FILOSOFIS DALAM KAJIAN ISLAM. Please share...!
0 Comment for "MAKALAH PENDEKATAN FILOSOFIS DALAM KAJIAN ISLAM"